Kamis, 19 April 2012

askep BBLR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).
Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
B.     TUJUAN
Dengan pembuatan makalah ini mahasiswa mampu:
a.Mengkaji perubahan-perubahan yang terjadi pada bayi dengan kasus BBLR.
b. Menetapkan intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan kasus
BBLR.
c. Mengevaluasi keberhasilan tindakan yang telah dilakukan pada bayi dengan
kasus BBLR.









BAB Ii
PEMBAHASAN

A.    Defenisi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500gram pada saat lahir.
Ada dua golongan bayi berat badan lahir rendah.
1.      Prematuritas Murni.
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK)
2.      Bayi Small for Gestational age (SGA)
Yaitu berat bayi lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas 3 jenis:
a)     Simetris (intrauterus for gestational age)
Yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama
b)     Asimetris (intrauterus growth reterdation)
Yaitu terjadi difisit nutrisi pada fase akhir kehamilan.
c)      Dismaturitas
Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri serta merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan

B.    Etiologi
Etiologi atau penyebab dari berat badan bayi lahir rendah maupun usia bayi belum sesuai dengan masa gestasinya adalah sebagai berikut:
1.      Komplikasi obstetric
a.       Multiple gestation
b.       Incompetence
c.       Pro (prematur rupture of membran) dan korionitis
d.      Pregnancy induce hypertention (PIH)
e.       Plasenta previa
f.        Ada riwayat kehamilan premature

2.      Komplikasi medis
a.       Diabetes maternal
b.      Hipertensi kronis
c.       Infeksi kronis
d.      Infeksi traktus urinarius

3.      Factor ibu
a.       Penyakit: hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, infeksi akut, serta kelainan kardiovaskular.
b.      Usia ibu: angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu di bawah 20 tahun dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia 26 – 35.
c.       Keadaan social ekonomi: keadaan ini snagat berpengaruh terhadap timbulnya prematuritas, kejadian yang tinggi terdapat pada golongan social ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
d.      Kondisi ibu saat hamil: peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat dan ibu yang perokok.

4.      Faktor janin
Hidramnion / polihidramnion, kehamilan ganda dan keainan janin.

C.     Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
1.      Berat badan kurang dari 2.500 gram
2.      Panjang badan kurang dari 45 cm
3.      Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
4.      Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5.      Kepala lebih besar dari tubuh
6.      Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
7.      Osifikasi tengkorak sedikit serta ubun – ubun dan sutura lebar.
8.      Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia mayora.
9.      Tulang rawan dan daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas belum sempurna.
10.  Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernapasan belum teratur, dan sering mendapat serangan apnea.
11.  Bayi lebih banyak tidur dari pada bangun, reflex mengisap dan menelan belum sempurna.

Bayi berat lahir rendah dapat juga dibagi menjadi 3 stadium.
1.      Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatife lebih panjang, kulit longgar, kering seperti permen karet, namun belum terdapat noda mekonium.
2.      Stadium II
Bila didapatkan tanda-tanda stadium I ditambah warna kehijauan pada kulit, plasenta dan umbilicus hal ini disebabkan oeh mekonium yang tercampur dalam amnion kemudian mengendap ke dalam kulit, umbilkus dan plasenta sebagai akibat anoksia intrauterus.
3.      Stadium III
Ditemukan tanda stadium II ditambah kuit berwarna kuning, demikian pua kuku dan tali pusat.

D.    Penyakit pada Bayi Berat Lahir Rendah
Penyakit yang dapat menyertai bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
1.      Sindrom gangguan pernapasan idiopatik, disebut juga penyakit membran hialin yang melapisi alveolus paru.
2.      Pneumonia aspirasi, sering ditemukan pada premature karena refleks menelan dan batuk belum sempurna. Penyakit ini dapat dicegah dengan perawatan yang baik.
3.      Perdarahan interventrikular. Perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral biasanya disebabkan oleh anoksia otak, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membrane hialin pada paru.
4.      Fibroplasia retinolental. Ditemukan pada bayi prematur disebabkan oksigen yang berlebihan.
5.      Hiperbilirubinemia karena kematangan hepar, sehingga konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna.

E.     Komplikisai
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
1.      Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi)
2.      Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki – laki.
3.      Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/cukup, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk prnapasan berikutnya.
4.      Asfiksia neonatorum
5.      Hiperbilirubinemia.
Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
6.      Angka kejadian.
a.       Amerika Serikat: prematur murni (7,1% orang kulit putih dan 17,9 orang kulit berwarna) dan BBLR (6-16%)
b.      RSCM pada tahun 1986 sebesar 24% angka kematian perinatal dan 73% disebabkan BBLR.

F.     Penatalaksanaan

1.Pastikan bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimut, dan gunakan topi untuk menghindari adanya kehilangan panas.
2.      Awasi frekuensi pernapasan, terutama dalam 24 jam pertama guna mengetahui sindrom aspirasi mekonium/sindrom gangguan pernapasan idiopatik.
3.      Pantau suhu disekitar bayi, jangan sampai bayi kedinginan. Hal ini karena bayi BBLR mudah hipertermia akibat luas dari permukaan tubuh bayi relatife lebih besar dari lemak subkutan.
4.      Motivasi ibu untuk menyusui dalam 1 jam pertama.
5.      Jika bayi haus, beri makanan dini (early feeding), yang berguna untuk mencegah hipoglikemia)
6.      Jika bayi sianosis atau sulit bernafas (frekuensi kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali per menit, tarik dinding dada ke dalam dan merintih, beri oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong).
7.      Cegah infeksi karena rentan akibat pemindahan immunoglobulin G (IgG) dari ibu ke janin terganggu.





ASUHAN KEPERAWATAN

v Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan oleh seorang perawat untuk mendapatkan data, baik objektif maupun subjektif dari ibu adalah sebagai berikut:
1.      Riwayat kesehatan terdahulu
a.       Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis
b.      Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan sebelumnya, seperti infeksi/perdarahan antepartum, imaturitas, dan sebagainya.
c.       Apakah ibu seorang perokok
d.      Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat
2.      Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
3.      Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan seperti kelainan kardiovaskular.
4.      Pengkajian fisik
a.       Sirkulasi
·         Nadi apical mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas normal (120 – 160 detik per menit)
·         Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan duktus arteriosus (PDA)
b.      Pernapasan
·         Mungkin dangkal, tidak teratur dan pernapasan diafragmatik intermiten atau periodic (40-60 kali/menit)
·         Pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat sianosis yang mungkin ada.
·         Adanya bunyi ampela pada auskultasi, menandakan sindrom distress pernapasan (RDS)
c.       Neurosensori
·         Sutura tengkorak dan fontanel tanpak melebar, penonjolan karena ketidakadekuatan pertumbuhan tulang mungkin terlihat.
·         Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju.
·         Tonus otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah dan atas serta keterbatasan gerak
·         Pelebaran tampilan mata
d.      Makanan/cairan
·         Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala.
·         Kulit kering pecah – pecah dan terkelupas dan tidak adanya jaringan subkutan
·         Penurunan masa otot, khususnya pada pipi, bokong dan paha
·         Ketidakstabilan metabolic dan hipoglikemi/hipokalsemia.
e.       Keamanan
·         Suhu berfluktuasi dengan mudah
·         Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan
·         Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar tali pusat dengan warna kehijauan
·         Menangis mungkin lemah
f.        Seksualitas
·         Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora dengan klitoris menonjol.
·         Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau tidak pada skrotum
5.      Pemeriksaan diagnostic
a.       Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah
b.      Dektrosik: menyatakan hipoglikemi
c.       Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernapasan bila ada
d.      Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia
e.       Bilirubin: mungkin meningkat pada polisistemia
f.        Urinalisis: mengkaji homeostasis
g.       Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin menyertai sepsis
h.      EKG, EEG, USG, angiografi: defek congenital atau komplikasi


v Diagnosis Keperawatan
Diagnosa yang biasanya ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut:
1.      Tidak efektifnya pola pernapasan yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan energy atau kelelahan, dan ketidak seimbangan metabolic.
2.      Risiko tinggi termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan susunan saraf pusat (SSP) imatur (pusat regulasi residu, penurunan rasio masa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidakmampuan merasakan dingin atau berkeringat cadangan metabolic buruk)
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4.      Risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem (prematur < 2.500 gram) kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/kegagalan mengonsentrasikan urine.

v Perencanaan
1.      Diagnosis I: Tidak efektif pola pernapasan yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energy atau kelelahan, dan ketidak seimbangan metabolic.
Tujuan: Setelah dilakuakan tindakan, pola napas menjadi efektif.
Kriteria hasil: neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik, membrane mukosa merah muda.
Intervensi Mandiri
a.       Kaji frekuensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya apnea dan perubahan frekuensi jantung.
Rasional: membantu dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi minggu ke-30.
b.      Isap jalan napas sesuai kebutuhan
Rasional: menghilangkan mucus yang menyumbat jalan napas.
c.       Posisi bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok di bawah bahu untuk menghasilkan hiperekstensi.
Rasional: posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolic, atau hiperkapnea.
d.      Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat – obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan pada bayi
Rasional: magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernapasan dan aktivitas susunan saraf pusat (SSP)

            Selain tindakan mandiri yang dapat dilakukan oleh seorang perawat, tindakan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain juga dapat dilaksanakan, di antaranya sebagai berikut:
a.       Pantau pemeriksaan laboratorium (misalnya: GDA, glukosa, serum, elektrolit, kultur, dan kadar obat) sesuai indikasi.
Rasional: hipoksia, asidosis metabolic, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia, dan sepsis dapat memperberat serangan apnetik.
b.      Berikan oksigen sesuai indicator.
Rasional: perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi pernapasan.
c.       Berikan obat – obatan sesuai indikasi, seperti berikut:
·         Natrium bikarbonat
Rasional: memperbaiki asidosis.
·         Antibiotic
Rasional: mengatasi infeksi pernapasan sepsis.
·         Aminopilin
Rasional: dapat meningkatkan aktifitas pusat pernapasan dan menurunkan sensitivitas terhadap CO2, menurunkan frekuensi apnea.

2.      Diagnose 2: Risiko tinggi terhadap termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan perkembangan SSP imatur (pusat regulasi residu, penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan, ketidak mampuan merasakan dingin atau berkeringat, dan cadangan metabolic buruk).
Tujuan:
Termoregulasi menjadi efektifsesuai dengan perkembangan.
Kriteria hasil: mempertahankan suhu kulit atau aksila (35-37,3oC) bebas stres dan rasa dingin.

Intervensi Mandiri
a.       Kaji suhu dengan memeriksa suhu rectal pada awalnya, selanjtnya periksa suhu aksila atau gunakan alat thermostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat.
b.      Tempatkan bayi pada incubator atau keadaan hangat
Rasional: mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stress karena dingin.
c.       Pantau system pengatur suhu, penyebar hangat (pertahankan batas atas pada 98,6oF, bergantung pada ukuran dan usia bayi).
Rasiona: hipertermia dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan oksigen dan glukosa serta kehialangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
d.      Kajian haluara dan berat jenis urine.
Rasional: penurunan keluaran dan peningkatan berat jenis urine dihungkan dengan penurunan perfusi ginjal selama period stres karena rasa dingin.
e.       Pantau penambahan berat badan berturut – turut. Bila penambahan berat tidak adekuat, tingkatan suhu lingkungan tidak sesuai indikasi.
Rasional: ketidakadekuatan penambahan berat badan meskipun masukan kalori adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu lingkungan tubuh sehingga memerlukan peningkatan suhu lingkungan.
f.        Perhatikan perkembangan takikardi, warna kemerahan, diaphoresis letarting, apnea, atau aktifitas kejang.
Rasional: tanda-tanda hipertermia ini dapat berlanjut kerusakan otak bila tidak teratasi.

Kolaborasi
a.       Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (GDA, glukosa serum, elektrolit dan kadar bilirubin).
Rasional: stres dingin meningkatkan kebutuhan terhadap gula glukosa dan oksigen serta dapat mengakibatkan masalah asam basa bila bayi mengalami metabolisme anaerobic bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia. Peningkatan kadar bilirubin indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari metaboisme lemak coklat dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin pada bagian ikatan di albumin.
b.      Berikan obat – obatan sesuai dengan indikasi:
·         Fenobarbital
Rasional: membantu mencegah kejang berkenan dengan perubahan fungsi SSP yang disebabkan hipertermia.
·         Natrium bikarbonat
Rasional: memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.

3.      Diagnosis 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan simoanan nutrisi, imunitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan: nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil: memper   tahan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.

Intervensi Mandiri
a.       Kaji maturitas refleks berkenan dengan pemberian makanan (misalnya:mengisap,menelan dan batuk)
b.      Auskultasi adanya bising usus,kaji stasus fisik,dan stasus pernapasan .
Rasional:pemberian makan pertama bayi stabil memiliki peristaltic dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran. Bila sters pernapasan ada,cairan parenteral diidikasikan dan cairan peroral harus di tunda.
c.       Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setipa hari,kemudian dokumentasikan pada grafik pertumbuhan bayi.
Rasional:mengidentifikasikan adanya resiko derajat danresiko terhadap pola pertumbuhan.Bayi SGA dengan kelebihan cairan ekstra sel kemungkinan kehilangan 15% BB lahir.Bayi SGA mungkin telah mengalami penurunan berat badan dalam uterus atau mengalami penurunan simpan lemak/glikogen.
d.       Pantau masukan dan pengeluran.hitung komsumsi kalori elektrolit setiapb hari.
Rasional:Memberikan informasi tenteng masukan actual dalam hubungannya dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan daam penyesuaina diet.
e.       Kaji tingkat dehirasi,perhatikan Fontanel,tugor kulit,berat jenis urine,kondisi membrane mukosa,dan fluktuasi berat badan.
Rasional: peningkatan kebutuhan metabollik dari bayi SGA dapat meningkatkan kebutuhan cairan. Keadaan bayi hiperglikemi dapat mengakibatkan dieresis pada bayi. Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi hatis dengan hati – hati ditangani untuk menghindari kelebihan cairan.
f.        Kaji tanda – tanda hipoglikemia: takipnea dan pernapasan tidak teratur apnea, alergi, fluktuasi suhu, dan diaphoresis. Pemberian makan buruk, gugup menangis nada tinggi, gemetar, mata terbalik dan aktifitas kejang.
Rasional: karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar untuk otak, kekurangannya dapat menyebabkan kerusakan SSP permanen. Hipoglikemikemia secara bermakna meningkatkan mobilitas dan martalitas serta efek berat yang lama bergantung pada durasi masing – masing episode.



Kolaborasi
a.       Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
·                        Glukosa serum
Rasional: hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi SGA saat candangan glikogen dengan cepat berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat karena penurunan simpanan protein obat dan lemak.
·                        Nitrogen urea darah, keratin, osmolaritas serum/urine, elektrolit urine.
Rasional: mendeteksi perubahan fungsi ginjal berhubungan dengan penurunan simpanan nutrient dan kadar cairan akibat malnutrisi.
b.      Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi: misalnya kalsium glukonat 10%.
Rasional: ketidak stabilan metabolic pada bayi SGA/LGA dapat memerlukan suplemen untuk mempertahankan homeostasis.

4.      Diagnosis 4: risiko tinggi kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia yang berat yang eksterm (prematur < 2.500 gram), kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis, lapisan kurang lemak, ginjal imatur/kegagalan untuk mengonsentrasikan urine).
Tujuan: cairan terpenuhi
Kriteria hasil: bebas dari tanda dehidrasi.
Menunjukkan penambahan berat badan 20 – 30 gram/hari.

Intervansi Mandiri
a.       Bandingkan masukan dan pengeluaran urine setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap periodic 24 jam. Pertahankan catatan ukuran mengenai jumlah darah yang diambil untuk tes laboratorium.
Rasional: pengeluaran harus 1 – 3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira – kira 80 – 100 ml/kg/hari pada hari pertama, meningkat sampai 120 – 140 ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.
b.      Pantau berat jenis urine setiap selesai berkemih atau setiap 2-4 jam dengan menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak tahan dengan menginspirasi urine dari popok bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong penampung urin.
Rasional: meskipun imaturitas ginjal dan ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi preterm (rentang normal 1,006 – 1,013), kadar yang rendah menandakan volume cairan berlebihan dan kadar lebih besar dari 1,013, menandakan ketidakmampuan masukan cairan dan dehidrasi.
c.       Evalusi turgor kulit, membran mukosa, dan keadaan fontanel anterior.
Rasional: kehilangan atau perpindahan cairan yang minimal dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh turgor kulit yang buruk, membrane mukosa kering, dan fontanel cekung.
d.      Panatau tekanan  darah, nadi, dan tekanan arterial rata-rata (TAR).
Rasional: kehilangan 25% volume darah mengakibatkan syok dengan TAR kurang dari 25mmHg menandakan hipotensi.
            Kolaborasi
a.       Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai dengan indikasi Ht.
Rasional: hipoglikemia dapat terjadi karena kehilangan melalui selang nasogastrik diare atau muntah.
b.      Berikan infus parenteral dalam jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya pada PDA, dysplasia bronkopulmonal (BPD), atau entero coltis nektrotisan (NEC).
Rasional: pengganti cairan darah menambah volume darah, membantu mengembalikan vasokonstruksi akibat hipoksia, asidosis, dan pirau kanan ke kiri melalui PDA dan telah membantu dalam penuruan komplikasi enterokolitis nektrotisan dan dysplasia bronkopulmonal.
c.       Berikan transfusi darah.
Rasional: mungkin perlu untuk mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan menggantikan kehilangan darah.


v Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
            Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
            Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan yang lain.


v Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak di capai.



DAFTAR PUSTAKA

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Penerbit Salemba Medika. Padang.